Kamis, 16 Mei 2013

perubahan fisiologis masa nifas


                                              Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Masa nifas merupakan periode penting setelah proses kelahiran. Masa ini merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun janinnya karena rawan terjadi komplikasi.Diperlukan pengawasan secara intensif oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya
Di Indonesia, angka kematian ibu pada masa nifas masih sangat tinggi yaitu mencapai . Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) khususnya pada masa nifas di Indonesia menunjukkan masih banyaknya persoalan dan masalah yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup perempuan di bidang kesehatan.Oleh karena itu diperlukan tenaga kesehatan yang terlatih khususnya bidan, agar mampu tanggap terhadap berbagai macam permasalahan yang mungkin muncul.
Bidan harus memiliki kemampuan atau kualitas yang baik untuk mencegah dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan batasan wewenangnya sehingga angka kematian ibu secara tidak langsung dapat dikurangi.Peningkatan keterampilan dan wawasan seorang bidan mutlak diperlukan untuk memberikan pelayanan optimal dan memberikan edukasi bagi pasien untuk mengetahui tanda – tanda kelainan (abnormalitas) yang terjadi pada dirinya. Karena berbagai macam perubahan yang terjadi selama masa nifas dapat menjadi kecemasan bagi ibu dan berpengaruh pada psikologinya.
Agar dapat memberikan pendidikan atau edukasi pada pasien, maka bidan wajib memahami berbagai hal yang berhubungan dengan masa nifas. Pengetahuan tentang berbagai perubahan fisiologis dan psikologi menunjang asuhan yang diberikan sehingga bidan mampu membedakan kasus fisiologis dan patologis serta mampu merencanakan dan memberi asuhan.

B.     Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
2.      Bagaimana proses yang terjadi pada involusi dan sub involusi?
3.      Bagaimana perubahan lochea pada masa nifas?
4.      Apa saja perubahan fisiologis sistem kardiovaskuler pada masa nifas?
5.      Apa saja perubahan fisiologis sistem hematologi pada masa nifas?
6.      Apa saja perubahan fisiologis sistem pencernaan pada masa nifas?
7.      Apa saja perubahan fisiologis sistem ekskresi pada masa nifas?
8.      Apa saja perubahan psikologis pada masa nifas?

C.    Tujuan
  Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari masa nifas.
2.      Untuk mengetahui proses involusi dan sub involusi
3.      Untuk mengetahui perubahan lochea pada masa nifas.
4.      Untuk mengetahui perubahan fisiologis sistem kardiovaskuler pada masa nifas
5.      Untuk mengetahui perubahan fisiologis sistem hematologi pada masa nifas
6.      Untuk mengetahui perubahan fisiologis sistem pencernaan pada masa nifas
7.      Untuk mengetahui fisiologis sistem ekskresi pada masa nifas
8.      Untuk mengetahui perubahan psikologis pada masa nifas


     














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Proses pemulihan ini, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Darah yang keluar di masa nifas merupakan pembersihan terhadap sisa-sisa kehamilan. Pada umumnya keluar sampai jangka waktu 40 hari. Setelah masa nifas selesai, diperkirakan fungsi alat-alat reproduksi telah normal kembali seperti sebelum hamil, karena itu menstruasi sudah dapat terjadi lagi. Pada wanita yang tidak memberikan ASI kepada bayinya, 80% akan mendapatkan menstruasinya kemabali dalam 20 minggu setelah melahirkan. Pada wanita yang memberikan ASI kepada bayinya, proses kembalinya menstruasi akan berlangsung lebih lambat. Meskipun demikian, tidak menyingkirkan pula bahwa seorang wanita dapat mengalami menstruasi kembali dalam 1 bulan setelah melahirkan, karena proses menstruasi diatur oleh kadar hormon di dalam tubuh dan hal ini berbeda-beda pada setiap orang.  
Periode masa nifas di bagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1.      Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah seperti perdarahan.
2.      Periode early post partum ( 24 jam – 1 minggu )
Masa dimana involusi uterus harus di pastikan dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3.      Periode late post partum ( 1- 5 minggu )
Masa dimana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari- hari, serta konseling KB.
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode  yaitu:
1.      Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2.      Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8     minggu.
3.      Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.

B.     Proses involusi dan sub involusi
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 40 gram. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic ( layu / mati ). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lochea, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Perubahan ini dapat di ketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya ( tinggi fundus uteri ).
1.      Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
2.      Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
3.      Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram.
4.      Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram.
5.      Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil ( tak teraba ) dengan berat 50 gram.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1.      Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendor hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebar nya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
2.      Terdapat polymorph phagolitik dan makrofak didalam system vascular dan system limfatik.
3.      Efek oksistosin ( cara bekerjanya oksitosin )
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uteri sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta, serta mengurangi perdarahan. 
4.      Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot- otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.


C.    Perubahan Lochea pada masa nifas
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Lochea, mula-mula berwarna merah kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra pertama mengandung darah dan debrus desidua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari (lokia serosa). Lochea  serosa terdiri darah lama, serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir warna cairan menjadi kuning sampai putih (lokia alba).lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.lokia alba bisa bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.
Pengeluaran lokia menurut masa involusi

Lokia
  Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
Sanginolenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Lokea yang menetap pada awal periode post partum menunjukan adanya tanda- tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang di sebut dengan “ lokea purulenta “. Pengeluaran lokea yang tidak lancar disebut dengan “ lokea statis “.

D.    Perubahan Fisiologis Pada sistem kardiovaskuler
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilanDiuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normalPlasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan. Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. Pasca melahirkan, suhu akan hilang tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan  mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga  volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post partum.
E.     Perubahan Fisiologis Pada sistem Hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobinhematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.Penurunan volume dan penibgkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

F.     Perubahan Fisiologis Pada sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestroldarah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1.      Nafsu makan.
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsimakanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua har
2.      Motilitas.
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal
3.      Pengosongan usus.
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelummelahirkan, kurang makan, dehidrasihemoroid ataupun laserasi jalan lahirSistem pencernaanpada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
G.    Perubahan Fisiologis Pada sistem Eskresi

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesuadah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.Keadaan ini menyebabkan deuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
  Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.

H.    Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
Adaptasi psikososial pada waktu post partum di bagi menjadi 3 periode :
1. Periode Taking In.
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, kekhawatiran akan tubuhnnya.
2) Ia akan mungkin mengulang pengalamannya pada waktu bersalin dan melahirkan.
3) Tidur sangat penting bila ibu ingin mencegah gangguan tidur, pusing, iritable, interverensi dengan proses pengembalian keadaan normal.
4) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya berkurang, berkurangnya nafsu makan menandakan pengendalian kondisi ibu yang tidak berlangsung normal.
2. Periode Taking Hold.
1) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 hari post partum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan mcningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya.
2) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAD, BAK, kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
3) Ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan bayi misalnya menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.
Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut cenderung menerima nasehat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
3. Periode Letting Go.
1) Periode ini biasanya setelah pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
3) Defresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
Defresi post partum
1. Banyak ibu mengalami perasaan “Let Down” setelah melahirkan, sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak.
2. Umumnya defresi ini sedang dan mudah berubah, dimulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi antara 1-2 minggu kemudian.
3. Jarang, agak jarang defresi sedang mengalami sikosis post partum atau menjadi patologis.








































1 komentar:

  1. Top 3 free tv channel
    This channel uses 2 channel channels : 1. Youtube : 1. Youtube : 0. Videos : 0. youtube to mp3 converter mac Comments : 0. By. YouTube.tv. Top 3 free tv channel : 1. YouTube : 1.

    BalasHapus